Sisen 3
Bahkan pernah pada suatu
ketika aku main ke rumah temanku yang memang masih dekat dengan rumahnya Damai.
Awalnya Cuma sekedar nganter temanku keluar saja, tapi usut punya usut ternyata
keberadaanku di rumah temanku itu dijadikan kesempatan dia untuk bisa keluar
malam. Dengan dalih mau mengantarku beli pulsa. -Padahal aku sendiri yang
sebenarnya akan menemaninya ngapel keluar-. Akhirnya aku –sigit & derry-
(sebut aja deh nama temen gue-nya) pun keluar. Posisiku yang pada saat itu
hanya sebagai alasan mereka untuk bisa keluar rumah saja. Akhirnya aku putuskan
untuk mampir saja ke rumah Damai, sedangkan mereka ngapel dengan pasangannya
masing-masing. Jam digital di Hape-ku masi tertera angka 20 an. Yang aku pikir
mungkin memang masih layak untuk bertamu ke rumah orang. Via SMS aku kirimkan
ke Damai bahwa aku sudah berada di depan rumahnya. Tak lama Dia pun keluar -untuk
menyambut tamu spesialnya yang ujug-ujug datang di waktu malam- dengan senyum
termanisnya yang biasa Dia berikan padaku tiap kali bertemu. Dan pertemuan itu
kali pertamanya aku melihat Damai tak berkerudung -Subhaanallaah... sungguh
anggunnya makhluk Tuhan yang satu ini. Dengan rambut panjang tebal dan
terurai.. aku benar-benar melihatnya sangat cantik. yang aku kira sebelumnya,
bahwa wanita berkerudung hanya untuk menjalankan perintah keyakinannya saja.
Tapi lebih dari itu, ternyata dibalik kerudung memang tersimpan kecantikan seorang
wanita yang benar-benar sangat cantik- (Tapi, ya sudah lah. Aku tak terlalu
mempermasalahkan soal kerudung. berkerudung atau tidak, bagiku yang penting
adalah beretika dengan baik).
Belum lama aku duduk. Mama
-baik- nya Damai keluar. Salam salim lah aku pada Mama. Obrolan yang aku
perbincangkan dengan Damai memang cukup seru. Mungkin karena selama ini aku
dengannya tak pernah bertemu. mulai dari cerita masa sekolah dulu, masa
kuliahnya, bahkan cerita statusku -yang memang pada saat itu masih berada di lingkungan
sekolah- yang akan utarakan untuk melanjutkan pendidikan ke suatu Perguruan
Tinggi.
Tak terasa jam digital di
Hape-ku sudah berangka hampir pukul 22 malam. disela obrolanku dengan Damai,
SMS dengan kedua teman –kurcaci- ku itu terus bertukar pesan agar segera pulang
karena sudah mulai larut malam –disamping memang karena alasan mereka keluar
rumah hanya untuk mengantarku beli pulsa- (wew?! Beli pulsa sampe berjam-jam gini!!!).
Akhirnya akupun merasa tak enak juga pada Damai karena memang sudah larut
malam. Karena aku pikir jam 10 malam itu sudah waktunya istirahat. Sesampainya
kedua temanku itu, ternyata sudah jam 11 malam. (ettdaaahhh!!
Ngapel guwe sama Damai ternyata melebihi batas normal waktu yang ku
perkirakan!). Alhasil,
kepulanganku ke rumah bocah itu disindir oleh orang tuanya. “beli pulsanya lama
bener kak???”. Salah tingkahlah aku ditanya seperti itu. Namun si Mama baik
hati itu langsung menyuruhku langsung masuk kamar untuk segera tidur. (makasi
Mama sigit). Loh??? Kok malah cerita orang lain sih??!! ini
semua gara-gara kurcaci rese!!! (maaf ya mai....).
Sebelum aku tidur. Aku malah teringat Damai.
Teringat akan rambutnya. Astaga!! Kenapa aku terbayang akan hal itu? Aku rasa
itu kan hal yang biasa. Mungkin karena selama ini aku tak pernah melihatnya
menanggalkan kerudung di kepalanya. Tapi, ya memang aku sangat menyukai –secara
fisik- wanita yang berambut panjang. Dan itu adalah Damai. Damayanti temanku
yang baik hatinya. Tak hanya baik hatinya saja, tapi juga baik penampilannya.
Damayanti oh Damayanti …
Keesokan harinya aku kirimkan pesan maaf pada
Damai –juga titip salam maaf pada Mama-Papanya pula- karena memang kedanganku
malam itu sungguh sangat tidak kondusif sekali. Dan walaupun seperti itu, aku
tak pernah kapok untuk berkunjung kesana lagi. Bersambung …