Jumat, 19 Oktober 2012

cerita tentang seseorang

Sisen 3
Bahkan pernah pada suatu ketika aku main ke rumah temanku yang memang masih dekat dengan rumahnya Damai. Awalnya Cuma sekedar nganter temanku keluar saja, tapi usut punya usut ternyata keberadaanku di rumah temanku itu dijadikan kesempatan dia untuk bisa keluar malam. Dengan dalih mau mengantarku beli pulsa. -Padahal aku sendiri yang sebenarnya akan menemaninya ngapel keluar-. Akhirnya aku –sigit & derry- (sebut aja deh nama temen gue-nya) pun keluar. Posisiku yang pada saat itu hanya sebagai alasan mereka untuk bisa keluar rumah saja. Akhirnya aku putuskan untuk mampir saja ke rumah Damai, sedangkan mereka ngapel dengan pasangannya masing-masing. Jam digital di Hape-ku masi tertera angka 20 an. Yang aku pikir mungkin memang masih layak untuk bertamu ke rumah orang. Via SMS aku kirimkan ke Damai bahwa aku sudah berada di depan rumahnya. Tak lama Dia pun keluar -untuk menyambut tamu spesialnya yang ujug-ujug datang di waktu malam- dengan senyum termanisnya yang biasa Dia berikan padaku tiap kali bertemu. Dan pertemuan itu kali pertamanya aku melihat Damai tak berkerudung -Subhaanallaah... sungguh anggunnya makhluk Tuhan yang satu ini. Dengan rambut panjang tebal dan terurai.. aku benar-benar melihatnya sangat cantik. yang aku kira sebelumnya, bahwa wanita berkerudung hanya untuk menjalankan perintah keyakinannya saja. Tapi lebih dari itu, ternyata dibalik kerudung memang tersimpan kecantikan seorang wanita yang benar-benar sangat cantik- (Tapi, ya sudah lah. Aku tak terlalu mempermasalahkan soal kerudung. berkerudung atau tidak, bagiku yang penting adalah beretika dengan baik).
Belum lama aku duduk. Mama -baik- nya Damai keluar. Salam salim lah aku pada Mama. Obrolan yang aku perbincangkan dengan Damai memang cukup seru. Mungkin karena selama ini aku dengannya tak pernah bertemu. mulai dari cerita masa sekolah dulu, masa kuliahnya, bahkan cerita statusku -yang memang pada saat itu masih berada di lingkungan sekolah- yang akan utarakan untuk melanjutkan pendidikan ke suatu Perguruan Tinggi.
Tak terasa jam digital di Hape-ku sudah berangka hampir pukul 22 malam. disela obrolanku dengan Damai, SMS dengan kedua teman –kurcaci- ku itu terus bertukar pesan agar segera pulang karena sudah mulai larut malam –disamping memang karena alasan mereka keluar rumah hanya untuk mengantarku beli pulsa- (wew?! Beli pulsa sampe berjam-jam gini!!!). Akhirnya akupun merasa tak enak juga pada Damai karena memang sudah larut malam. Karena aku pikir jam 10 malam itu sudah waktunya istirahat. Sesampainya kedua temanku itu, ternyata sudah jam 11 malam. (ettdaaahhh!! Ngapel guwe sama Damai ternyata melebihi batas normal waktu yang ku perkirakan!). Alhasil, kepulanganku ke rumah bocah itu disindir oleh orang tuanya. “beli pulsanya lama bener kak???”. Salah tingkahlah aku ditanya seperti itu. Namun si Mama baik hati itu langsung menyuruhku langsung masuk kamar untuk segera tidur. (makasi Mama sigit). Loh??? Kok malah cerita orang lain sih??!! ini semua gara-gara kurcaci rese!!! (maaf ya mai....).
Sebelum aku tidur. Aku malah teringat Damai. Teringat akan rambutnya. Astaga!! Kenapa aku terbayang akan hal itu? Aku rasa itu kan hal yang biasa. Mungkin karena selama ini aku tak pernah melihatnya menanggalkan kerudung di kepalanya. Tapi, ya memang aku sangat menyukai –secara fisik- wanita yang berambut panjang. Dan itu adalah Damai. Damayanti temanku yang baik hatinya. Tak hanya baik hatinya saja, tapi juga baik penampilannya.
Damayanti oh Damayanti …  
Keesokan harinya aku kirimkan pesan maaf pada Damai –juga titip salam maaf pada Mama-Papanya pula- karena memang kedanganku malam itu sungguh sangat tidak kondusif sekali. Dan walaupun seperti itu, aku tak pernah kapok untuk berkunjung kesana lagi. Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar