Sabtu, 13 Oktober 2012

cerita tentang seseorang

Sisen 2

Pernah pada suatu sore di tengah libur sekolah, ‘Jel, aku dan sobat lainnya berkunjung kerumah Damai. Dan itu adalah untuk pertama kalinya aku berkunjung kerumah teman seorang gadis. Statusku pada saat itu hanyalah –kacung cengo- untuk menemani ‘Jel saja. (kasian banget sih guwe?!!). berawal dari situ aku mulai mengenal Damai tak hanya dirinya saja, tapi juga Mama-Papa-nya. Bahkan Neneknya. Mungkin suatu moment yang tak pernah aku duga sebelumnya, jika kemudian hari kunjunganku kerumah Damai berlanjut. Entah hanya sekedar mampir, atau keperluan lainnya. Hingga pada suatu saat aku mendapat SMS dari Damai, bahwa kedatanganku kesana membuat seorang Nenek cantik dan baik hati nan halus perangainya merindukan akan kehadiranku lagi. (apa??? Dikangenin Neneknya Damai???!!!) hahahaaa.

Tak tahu apa yang dirindukan dari diri ini. Yang jelas hal itu membuat aku semakin melambung tinggi akan sebegitunya seorang Nenek memperlakukan diriku. (ada-ada saja Nenek itu). Kadang tersirat dalam benakku, mengapa tak Damai-nya saja yang merindukan aku? –ngarep- yang aku pikir mungkin lebih logis karena memang masih sama-sama beranjak dewasa. Tapi tak apalah, walaupun seorang Nenek, aku sudah sangat merasa bahwa aku memang mempunyai charisma yang cukup berpengaruh bagi para perempuan. Yah, walaupun itu seorang Nenek. hehee(salam buat Nenek ya mai. Moga panjang umur sehat selalu. Amen..).

Aku merasa bahwa Damai adalah aku yang berwujud orang lain. Pengakuan ini didasari karena pertama, Damai dan aku memang dilahirkan dihari yang sama. Yaitu hari Minggu. Yang aku rasakan bahwa orang yang lahir pada hari itu adalah orang-orang yang pertama kali diberkarti Tuhan untuk menjadi manusia yang sukses Dunia Akhirat (ameen). Kedua, Damai dan aku juga dilahirkan 23 tahun yang lalu pada tanggal, bulan dan tahun yang sama. Hingga aku merasa tak mungkin jika suatu saat nanti aku akan berjodoh dengannya. Dan walaupun memang ditakdirkan berjodoh oleh Tuhan, aku akan meminta –request- pada Tuhan untuk menggantikannya saja dengan yang lain. Karena aku hanya menaruh simpati dan kekaguman saja, bukan cinta. (maaf ya mai…). Ketiga, Damai dan aku memiliki status single yang cukup lama. Ini bukan berarti Damai dan aku tak hoki dalam urusan cinta. Tapi banyak pertimbangan untuk menjalani proses percintaan. (alasan saja! Padahal emang bener-bener ga laku kali ya??!! hahaha). Dan masih banyak lagi dasar pengakuan bahwa Damai adalah aku.

Sejalan dengan kelulusan dari sekolah, aku tak lagi sering bertemu –bahkan melihat- dengan gadis yang aku kagumi itu. Selepas seragam ‘putih abu-abu’ Damai melanjutkan pendidikannya ke salah satu Perguruan Tinggi di perbatasan Ibu kota. Berbeda dengan diriku yang masih harus merasakan dunia sekolah di tempat yang sama. (sedih..). Hingga pada suatu malam aku merasakan rindu yang teramat dalam pada gadis itu. Tanya-jawab via SMS yang aku tanyakan akan posisinya, dijawab dengan keberadaanya di rumah. Tanpa pikir panjang aku langsung temui saja gadis itu ke rumahnya malam itu juga. Dan moment itu adalah pertama kalinya aku bermalam minggu di rumah seorang gadis bapak H. Dulmuthi. (bener kan nama bapak u mai???) hehee.

 Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar