Sisen 2
Pernah pada suatu sore di tengah libur sekolah,
‘Jel, aku dan sobat lainnya berkunjung kerumah Damai. Dan itu adalah untuk
pertama kalinya aku berkunjung kerumah teman seorang gadis. Statusku pada saat
itu hanyalah –kacung cengo- untuk menemani ‘Jel saja. (kasian banget sih
guwe?!!). berawal dari situ aku mulai mengenal Damai tak hanya dirinya saja,
tapi juga Mama-Papa-nya. Bahkan Neneknya. Mungkin suatu moment yang tak pernah
aku duga sebelumnya, jika kemudian hari kunjunganku kerumah Damai berlanjut. Entah
hanya sekedar mampir, atau keperluan lainnya. Hingga pada suatu saat aku
mendapat SMS dari Damai, bahwa kedatanganku kesana membuat seorang Nenek cantik
dan baik hati nan halus perangainya merindukan akan kehadiranku lagi. (apa??? Dikangenin
Neneknya Damai???!!!) hahahaaa.
Tak tahu apa yang dirindukan dari diri ini. Yang
jelas hal itu membuat aku semakin melambung tinggi akan sebegitunya seorang Nenek
memperlakukan diriku. (ada-ada saja Nenek itu). Kadang tersirat dalam benakku,
mengapa tak Damai-nya saja yang merindukan aku? –ngarep- yang aku pikir mungkin
lebih logis karena memang masih sama-sama beranjak dewasa. Tapi tak apalah,
walaupun seorang Nenek, aku sudah sangat merasa bahwa aku memang mempunyai charisma
yang cukup berpengaruh bagi para perempuan. Yah, walaupun itu seorang Nenek. hehee(salam
buat Nenek ya mai. Moga panjang umur sehat selalu. Amen..).
Aku merasa bahwa Damai adalah aku yang berwujud
orang lain. Pengakuan ini didasari karena pertama, Damai dan aku memang
dilahirkan dihari yang sama. Yaitu hari Minggu. Yang aku rasakan bahwa orang
yang lahir pada hari itu adalah orang-orang yang pertama kali diberkarti Tuhan
untuk menjadi manusia yang sukses Dunia Akhirat (ameen). Kedua, Damai dan aku
juga dilahirkan 23 tahun yang lalu pada tanggal, bulan dan tahun yang sama. Hingga
aku merasa tak mungkin jika suatu saat nanti aku akan berjodoh dengannya. Dan walaupun
memang ditakdirkan berjodoh oleh Tuhan, aku akan meminta –request- pada Tuhan
untuk menggantikannya saja dengan yang lain. Karena aku hanya menaruh simpati
dan kekaguman saja, bukan cinta. (maaf ya mai…). Ketiga, Damai dan aku memiliki
status single yang cukup lama. Ini bukan berarti Damai dan aku tak hoki dalam
urusan cinta. Tapi banyak pertimbangan untuk menjalani proses percintaan. (alasan
saja! Padahal emang bener-bener ga laku kali ya??!! hahaha). Dan masih banyak
lagi dasar pengakuan bahwa Damai adalah aku.
Sejalan dengan kelulusan dari sekolah, aku tak
lagi sering bertemu –bahkan melihat- dengan gadis yang aku kagumi itu. Selepas seragam
‘putih abu-abu’ Damai melanjutkan pendidikannya ke salah satu Perguruan Tinggi
di perbatasan Ibu kota. Berbeda dengan diriku yang masih harus merasakan dunia
sekolah di tempat yang sama. (sedih..). Hingga pada suatu malam aku merasakan
rindu yang teramat dalam pada gadis itu. Tanya-jawab via SMS yang aku tanyakan
akan posisinya, dijawab dengan keberadaanya di rumah. Tanpa pikir panjang aku langsung
temui saja gadis itu ke rumahnya malam itu juga. Dan moment itu adalah pertama
kalinya aku bermalam minggu di rumah seorang gadis bapak H. Dulmuthi. (bener
kan nama bapak u mai???) hehee.
Bersambung …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar